SejarahAsal keris yang kita kenal saat ini masih belum terjelaskan betul. Relief candi di Jawa lebih banyak menunjukkan ksatria-ksatria dengan senjata yang lebih banyak unsur Indianya. Keris Budha dan pengaruh India-Tiongkok Kerajaan-kerajaan awal Indonesia sangat terpengaruh oleh budaya Budha dan Hindu.
Pusaka Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran Dhapur Keris jenis bentuk keris Carubuk Luk 7 Pamor motif lipatan besi Melati Rinonce pamor sangat langka paling diburu kolektor keris Tangguh perkiraan masa pembuatan Pajajaran Abad Ke 14 Masehi Panjang Bilah 36 cm Pesi masih utuh panjang original tidak sambungan Warangka Ladrang Surakarta Gandar Iras Kayu Trembalo Kuno Handle / Gagang Kayu Kemuning Bang Kuno Pendok Bunton Kuningan Kuno Mendak Tembaga Batu Yakut Garansi 100 % asli sepuh kuno Kode K145 Dialih rawatkan dimaharkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera. Maknda dan Filosofi Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran Dhapur Keris Carubuk Luk 7 Carubuk kadang-kadang disebut Crubuk, salah satu dhapur keris luk tujuh. Ukuran panjang bilahnya sedang, biasanya nglimpa, tanpa ada-ada. Keris ini memakai kembang kacang, lambe gajah satu, selain itu memakai sraweyan dan greneng. Ricikan lainnya tidak ada. Menurut cerita rakyat, bentuk keris dhapur Carubuk dibabar oleh Empu Supo Anom alias Jaka Supa atas pesanan Kanjeng Sunan Kali Jaga, salah satu wali songo yang tersohor. Menjadi sebuah Pasemon perlambang bahwa masuknya Islam di Jawa tidak bisa meninggalkan budaya dan kearifan lokal, dan menjadi piandel Sultan Pajang Hadiwijaya Jaka Tingkir pada masa itu. Tapi menurut Serat Centini, dhapur Carubuk diciptakan Empu Mayang pada zaman pemerintahan Prabu Dwastaratha Tahun Jawa 728, raja Astina dalam pewayangan. Tak heran bagi sebagian pecinta keris, dhapur Carubuk baik dimiliki oleh mereka yang berkecimpung di bidang agama dan ilmu kebatinan atau spiritual kejawen. Dalam filosofi jawa Dhapur Carubuk ini mengandung makna untuk selalu mengingat asal, menjalani hidup dan kehidupan sesuai yang telah digariskan, menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak yang Di Atas, dan mempunyai sikap batin sanggup menerima ikhlas semua kehendak-Nya baik berupa rahmat maupun ujian setelah kita melakukan upaya dan ikhtiar. Sikap ini akan membuat kita tidak akan lelah maupun putus asa menghadapi tantangan hidup untuk mencapai yang lebih, karena usaha dan perjuangan yg dilakukan untuk mendapatkan peningkatan materi maupun spiritual bukan berdasarkan nafsu dan ambisi semata, tetapi sebagai sebuah laku atau kewajiban manusia dalam hidup. Sikap ini juga memuat perilaku selalu ikhlas dan bersyukur atas anugerah Tuhan. Dalam filosofi jawa luk tujuh disebut “pitu” yang dalam jarwo dosok bisa berarti pitutur, piwulang, dan pitulungan, yaitu ajaran yang baik, petunjuk atau pertolongan. Angka tujuh bagi penduduk Nusantara, terutama masyarakat Jawa, merupakan angka keramat yang memiliki makna ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan dan kesuksesan. Angka tujuh dapat dipersamakan dengan jumlah lapisan langit sap hingga seluruhnya ada tujuh, demikian pula dengan hari dalam seminggu yang terdiri dari 7 hari. Atau kesempurnaan dan selamatan anak dalam kandungan dilakukan hitungan bulan ke-7 pitonan, dalam upacara kematianpun dilakukan peringatan pada hari ke-7 pitung dinanan. Keris Pamor Melati Rinonce Melati Rinonce adalah salah satu motif pamor yang bentuk gambarannya mirip dengan bunga melati yang diuntai dengan benang. Bulatan-bulatan yang berlapis, berderet di sepanjang bilahnya, mulai dari bagian pangkal sampai ke ujung, dan bulatan-bulatan itu dihubungkan dengan garis pamor. Filosofi, melati dianggap sebagai bunga yang melambangkan kesucian, keanggunan dan ketulusan. Selain itu kendati bunga melati berkuran kecil, namun aroma wanginya amat semerbak. Melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati sang pemilik pusaka. Konon, pemakaian roncean usus-usus merujuk pada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan dengan legenda Haryo Penangsang. Sosok ksatria sejati dan pantang menyerah dalam legenda Haryo Penangsang inilah yang dianggap asal mula pemakaian ronce melati pada keris pengantin pria dalam tradisi Jawa. Alkisah pada masa Kesultanan Demak abad ke-XVII, Haryo Penangsang kalah bertarung dengan Sutawijaya hingga perutnya tertusuk tombak dan ususnya terburai. Pantang menyerah, ia malah melingkarkan ususnya yang terburai ke dalam warangka sarung keris yang terselip di pinggangnya. Haryo Penangsang yang ingin menyerang lawannya kembali tanpa sadar mencabut keris yang ada lilitan ususnya. Namun nahas, ia justru tewas terbunuh oleh kerisnya sendiri. Keris Tangguh Pajajaran Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang pernah hidup di daerah Jawa Barat antara abad XI-XVI Masehi. Namun pada tahun 1579 kerajaan ini hancur akibat serangan Kerajaan Kasultanan Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Pada buku Ensiklopedi Keris Bambang Harsrinuksmo 2004 di halaman 461 disebutkan salah satu jenis tangguh keris adalah tangguh Pajajaran. Keris bertangguh Pajajaran biasanya berciri pasikutannya kaku dan kasar, besinya cenderung kering, keputih-putihan. Pemunculan pamornya tidak direncanakan. Menancapnya pamor pada bilah keris pandes kokoh, dalam, dan halus. Pamor itu tergolong nggajih. Bilahnya agak panjang dibandingkan dengan keris tangguh lainnya, gandiknya panjang dan miring. Sirah cecak pada ganjanya lonjong memanjang. Tags asal usul keris melati ronce, dimaharkan keris melati renteng melati tumpuk, jual keris carubuk, jual keris pajajaran, jual keris pamor melati rinonce, Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran, keris luk 7, keris pamor melati rinonce, khasiat keris melati satoor, manfaat keris melati to'or, mitos keris melati tumpuk, pamor keris, pamor keris terlangka, ricikan keris carubuk, tuah keris carubuk luk 7, tuah keris kyai carubukKerisPamor Keris Melati Rinonce mengandung tuah alami yang berasal dari bahan besi tua dan pamor yang tergurat pada bilah keris. Pancaran energi Keris Pamor Keris Melati Rinonce sangat kuat dan aman untuk siapa saja. Tidak ada khodam dalam bentuk makhluk ghaib yang diisikan pada Keris Pamor Keris Melati Rinonce ini.
TagArchives: asal usul keris semar mesem. spiritual Misteri Seorang Pesinden. Posted on March 1, 2018 January 13, 2018 by duniakeris. keris brongot setan kober, keris dari jawa tengah, keris melati tumpuk, keris murah, keris naga banda, keris naga puspa asli, keris nogo manten,
Pamor Melati - Pamor Melati Rinonce adalah salah satu pamor Keris yang cukup populer dan banyak dicari oleh para penggemar dan kolektor Tosan termasuk pamor yang langka dan istimewa, Keris berpamor Melati Rinonce juga dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk menambah kharisma, memperluas pergaulan serta memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan mengumpulkan kekayaan. Motif pamor Melati Rinonce atau ada juga yang menyebutnya pamor Melati Rinenteng mirip dengan kelopak bunga melati yang diuntai dengan seytas berupa bulatan-bulatan berlapis yang berderet disepanjang bilah Keris mulai dari pangkal sampai ujung bilah Keris. Motif bulatan-bulatan tersebut dihubungkan dengan garis pamor yang menyerupai benang. Keris dengan pamor Melati Rinonce dipercaya memiliki tuah ampuh untuk memudahkan mencari jalan rejeki, mendatangkan kekayaan, menghilangkan kesialan, melancarkan segala urusan, memudahkan tercapainya cita-cita serta dapat menyeimbangkan potensi tubuh, pikiran dan Keris berpamor Melati Rinonce diyakini dapat menjadikan pemiliknya lebih berkharisma dan menjadi pribadi yang menyenangkan, sehingga akan disukai oleh orang-orang begitu, lingkup pergaulannya akan menjadi semakin luas dan semakin banyak peluang yang datang, sehingga rejeki juga akan semakin bertambah. Intinya, dengan sikap dan tingkah laku yang baik serta pandai membawa diri dalam pergaulan akan membuat orang lain menaruh simpati dan kepercayaan. Dan dari kepercayaan itulah kita bisa mendapatkan hal-hal yang lebih besar. Keris dengan pamor Melati Rinonce juga tidak pemilih. Artinya, siapa saja bisa cocok memiliki Keris dengan pamor istimewa ini. Melati Rinonce adalah bunga melati yang di untai atau di ronce dengan seutas benang dan biasanya digunakan sebagai hiasan atau aksesoris rambut untuk pengantin wanita dalam tradisi pernikahan Melati Rinonce memiliki makna sebagai pesan tersirat agar pemiliknya mampu menghiasi dirinya dengan hal-hal yang baik dan bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi orang lain dan bagi begitu maka dia akan menjadi orang yang mulia dan memiliki nama baik harum di masyarakat yang disimbolkan dengan bunga melati melambangkan perilaku yang baik, ketulusan hati, kemuliaan, keanggunan dan melati putih juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, karena meskipun kecil dan sederhana tapi mampu menyebarkan keharuman ke segala penjuru. Artinya, untuk menjadi orang yang mulia tidak harus melakukan hal-hal yang juga bisa dimaknai "medal soko lati", atau "keluar dari lidah". Maknanya, apa yang kita ucapkan semestinya adalah sesuatu yang baik. Karena ucapan bisa membawa kebaikan maupun keburukan tergantung dari apa yang di ucapkan. Demikian sedikit informasi tentang tuah dan keistimewaan pamor Keris Melati Rinonce yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit bermanfaatTerima kasihTonton juga videonyaVideo YouTube - Harta Langit Channel
MenurutKi. Bramono (Seorang budayawan ahli keris asal Sumenep), " Keris itu, ibarat sepucuk pustol. Bila dipegang aparat yang bertanggung jawab, niscaya pistol itu akan tepat pemanfaatannya. Namun, jika pistol tersebut dipegang bocah, yach salah -salah tidak berguna atau bahkan memvawa bencana " terang Ki. Bramono.
KERIS adalah senjata tradisional khas Indonesia yang dalam perkembangannya budaya keris mengikuti perjalanan sejarah dan kini budaya ini telah tersebar hingga ke negara-negara lain. Selain Indonesia, negara yang kini memiliki budaya ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Di Pulau Jawa, keris digolongkan sebagai salah satu cabang budaya tosan aji. Selain itu, karena budaya tosan aji memang bermula dan Pulau Jawa, banyak istilah perkerisan dari daerah ini yang juga digunakan di daerah-daerah lainnya. Di Pulau Jawa, juga disebut curiga, duwung, atau wangkingan. Di Pulau Bali, senjata itu disebut kadutan atau kedutan. Di daerah lain, sebutan lain di antaranya adalah tappi, selle, gayang, kres, kris atau karieh. Budaya ini sudah dikenal oleh orang Barat setidaknya sejak abad ke-17. Catatan tertua mengenai ada-nya keris di Inggris menyebutkan bahwa pada tahun 1637, sudah dimiliki oleh seorang kolektor. Sedangkan Museum Denmark mengkoleksi keris sejak tahun 1647. Istilah keris, selain nama padanannya yang lain, digunakan oleh semua suku bangsa di Indonesia. Istilah ini bahkan juga dipakai oleh orang Brunei dan Malaysia, tetapi sebagian orang Barat ada yang masih ragu untuk memilih penggunaan kata dan ejaan keris atau kris atau kriss. Edward Frey penulis buku The Kris, Mystic Weapon of the Malay World dalam kata pengantar bukunya mengemukakan bahwa is tidak menemukan alasan untuk mengganti penulisan ejaan “kris”, yang sudah digunakan lebih 150 tahun oleh para peneliti Barat. Disebutkan pula beberapa contoh penulis Barat yang menggunakan istilah keris, di antaranya Raffles yang memakai istilah kris sejak tahun 1817; Wallace sejak 1869; McNair sejak 1882, Groneman sejak 1910, dan sederet penulis dan peneliti Barat lainnya Penulis Barat yang menggunakan istilah kriss, juga ada, di antaranya adalah Forbes 1885; Huyser 1918; dan Buttin 1933. Sedangkan yang masih menggunakan istilah “keris”, di antaranya adalah Wolley, Hill, Gardner, dan juga Garret & Bronwen Solyom. merupakan hasil seni tempa, yang bahan-bahannya harus terdiri dari sedikitnya dua jenis logam, tetapi yang baik dibuat dari tiga jenis logam, yaitu besi, bahan pamor, dan baja. Dengan demikian, sebuah benda yang dibuat dengan cara dicor atau dicetak tidak digolongkan sebagai keris, walaupun bentuknya persis. Selain itu, harus selalu condong ke depan, tunduk. Sebuah benda yang tegak dan lurus seperti be-lati, tidak bisa dianggap sebagai keris. Asal usul keris tosan aji dan senjata tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang, para ahli baru dapat meraba-raba. Gambar timbul relief paling kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tuhsannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai ada-lah bahasa Sanskerta. Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa gambar, di antaranya trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang bentuknya amat mirip dengan buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari zaman Pajajaran. Ada pula terlukis kendi, kalasangka, dan bunga teratai. Kendi, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian,m sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam. Sudah banyak ahli kebudayaan yang membahas tentang sejarah keberadaan dan perkembangan tosan aji . GARDNER pada tahun 1936 pernah berteori bahwa keris adalah perkembangan bentuk dari senjata tikam zaman prasejarah, yaitu tulang ekor atau sengatikan pan dihilangkan pangkalnya, kemudian dibalut dengan kain pada tangkainya. Dengan begitu senjata itu dapat di-genggam dan dibawa-bawa. Maka jadilah sebuah senjata tikam yang berbahaya, menurut ukuran kala itu. Sementara itu GRIFFITH WILKENS pada tahun 1937 berpendapat bahwa budaya itu baru timbul pada abad ke-14 dan ke-15. Katanya, bentuk keris merupakan pertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan antara Asia dan Australia. Dari mata lembing itulah kelak timbul jenis senjata pendek atau senjata tikam, yang kemudian dikenal dengan nama keris. Alasan lainnya, lembing atau tombak yang tangkainya panjang tidak mudah dibawa ke mana-mana, sukar dibawa menyusup masuk hutan. Karena pada waktu itu tidak mudah orang mendapatkan bahan besi, mata tombak dilepas dan tangkainya sehingga menjadi senjata genggam. Lain lagi pendapat BARNET KEMPERS. Pada tahun 1954 ahli purbakala itu menduga bentuk prototipe keris merupakan perkembangan bentuk dari senjata penusuk pada zaman perunggu. kris yang hulunya berbentuk patung kecil yang menggambarkan manusia dan menyatu dengan bilahnya, oleh Barnet Kempers tidak dianggap sebagai barang yang luar biasa. Katanya, senjata tikam dari kebudayaan perunggu Dongson juga berbentuk mirip itu. Hulunya merupakan patung kecil yang menggambarkan manusia sedang berdiri sambil berkacak pinggang malangkerik, bahasa Jawa. Sedangkan senjata tikam kuno yang pernah ditemukan di Kalimantan, pada bagian hulunya juga distilir dari bentuk orang berkacak pinggang. Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu dapat dibandingkan dengan perkembangan bentuk senjata di Eropa Di benua itu, dulu, pedang juga distilir dari bentuk manusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping. Bentuk hulu pedang itu, setelah menyebarnya agama Kristen, dikembangkan menjadi bentuk yang serupa salib. Dalam kaitannya dengan bentuk keris di Indonesia, hulu yang berbentuk manusia yang distilir, ada yang berdiri, ada yang membungkuk, dan ada pula yang berjongkok. Bentuk ini serupa dengan patung megalitik yang ditemukan di Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam perkembangan kemudian, bentuk-bentuk itu makin distilir lagi dan kini menjadi bentuk hulu keris Di Pulau Jawa disebut deder, jejeran, atau ukiran dengan ragam hias cecek, patra gandul, patra ageng, umpak-umpak, dan sebagainya. Dalam sejarah budaya kita, patung atau arca orang berdiri dengan agak membungkuk oleh sebagian ahli di-artikan sebagai lambang orang coati. Sedangkan patung yang menggambarkan manusia dengan sikap sedang jongkok dengan kaki ditekuk, dianggap melambangkan kela-hiran, persalinan, kesuburan, atau kehidupan. Sama dengan sikap bayi atau janin dalam kandungan ibunya. Ada sebagian ahli bangsa Barat yang tidak yakin bahwa keris sudah dibuat di Indonesia sebelum abad ke-14 atau ke-15. Mereka mendasarkan teorinya pada kenyataan bahwa tidak ada gambar yang jelas pada relief candi-can-di yang dibangun sebelum abad ke-10. SIR THOMAS STAM-FORD RAFFLES dalam bukunya History of Java 1817 mengatakan bahwa tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimiliki dan digunakan oleh prajurit Jawa waktu itu termasuk senjata api, tetapi dari aneka ragam senjata itu, keris menempati kedudukan yang istimewa. Disebutkan dalam bukunya itu bahwa prajurit Jawa pada umumnya menyandang tiga buah sekaligus. tosan aji yang dikenakan di pinggang sebelah kiri berasal dari pem-berian mertua waktu pernikahan dalam budaya Jawa disebut kancing gelung. Keris yang dikenakan di pinggang kanan berasal dari pemberian orangtuanya sendiri. Selain itu berbagai tata cara dan etika dalam dunia perkerisan juga termuat dalam buku Raffles itu. Sayangnya dalam buku yang terkenal itu, penguasa Inggris itu tidak menyebut-nyebut tentang sejarah dan asal usul budaya keris. Sementara itu istilah `keris’ sudah dijumpai pada be-berapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi, menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas pajak. Sesaji itu antara lain berupa kres, wangkiul, tewek punukan, wesi penghatap. Sedangkan wangkiul adalah sejenis tombak; tewek punukan adalah senjata bermata dua, semacam dwi-sula. Pada lukisan gambar timbul relief Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit yang membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa yang membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada arca raksasa penjaga, yang menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris. Sementara itu, edisi pertama dan kedua yang disusun oleh Prof. VAN DER Lint menyebutkan, sewaktu stupa induk Candi Borobudur, yang dibangun tahun 875 Masehi, itu dibongkar, ditemukan sebilah kris tua. Keris itu menyatu antara bilah dan hulunya. Tetapi bentuk itu tidak serupa dengan bentuk keris yang tergambar pada relief candi. Keris temuan ini kini tersimpan di Museum Ethnografi, Leiden, Belanda. Keterangan me-ngenai keris temuan itu ditulis oleh Dr. JUYNBOHL dalam Katalog • Kerajaan Belanda jilid V, tahun 1909. Di katalog itu dikatakan bahwa keris itu tergolong `keris Maja-pahit`, hulunya berbentuk patung orang, bilahnya sangat tua. Salah satu sisi bilah telah rusak. Keris, yang diberi nomor seri 1834 itu adalahpemberian HEYLIGERS, sekretaris kantor Residen Kedu, pada bulan Oktober 1845. Yang menjadi residennya pada waktu itu adalah Hartman. Ukuran panjang bilah keris temuan itu cm, panjang hulunya 20,2 cm, dan lebarnya 4,8 cm. Bentuknya lurus, tidak memakai luk. Mengenai keris ini, banyak yang menyangsikan apakah sejak awalnya memang telah diletakkan di tengah lubang stupa induk Candi Borobudur. Barnet Kempres sendiri menduga keris itu diletakkan oleh seseorang pada masa-masa kemudian, jauh hari setelah Candi borobudur selesai dibangun. Jadi bukan pada waktu pembangu-nannya. Ada pula yang menduga bahwa budaya ini sudah berkembang sejak menjelang tahun Masehi. Pendapat ini didasarkan atas laporan seeorang musafir Cina pada tahun 922 Masehi. Jadi laporan itu dibuat kira-kira zaman Kahuripan berkembang di tepian Kali Brantas, Jawa Timur. Menurut laporan itu, ada seseorang Maharaja Jawa menghadialikan kepada Kaisar Tiongkok “a short swords with hilts of rhinoceros horn or gold pedang pendek dengan hulu terbuat dari cula badak atau emas. Bisa jadi pedang pendek yang dimaksud dalam laporan itu adalah prototipe seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur clan Prambanan. Sebilah kerns yang ditandai dengan angka tahun pada bilahnya dtmiliki oleh seorang Belanda bernama Knaud cli Batavia pada zaman Belanda dulu. Pada bilah itu selain terdapat gambar timbul wayang, juga berangka tahun Saka 1264, atau 1324 Masehi. Jadi kira-kira sezaman dengan saat pembangunan Candi Penataran di dekat kota Blitar, Jawa Timur. Pada candi ini memang terdapat patung raksasa Kala yang menyandang kris pendek lurus. Gambar yang jelas mengenai keris dijumpai pada sebuah patung Siwa yang berasal dari zaman Kerajaan Singasari, pada abad ke-14. Digambarkan Dewa Siwa sedang memegang keris panjang di tangan kanannya. Jelas ini bukan tiruan patung Dewa Siwa dad India, karena di India tak pernah ditemui patung Siwa memegang kris. Patung itu kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun di Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada Candi Jago atau Candi Jajagu, yang dibangun pada tahun 1268 Masehi. Di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa tokoh wayang sedang bermain dadu. Punakawan yang dilukis di belakangnya digambarkan sedang membawa keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan Candi Panataran. Pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris. Cerita mengenai keris yang lebih jelas dapat dibaca dari laporan seorang musafir Cina bernama Mn HUAN. Dalam laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi, ia menuliskan pengalam-annya sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit. Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksa-mana Cheng-ho atas perin-tah Kaisar Yen Tsung dart dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir scmua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas yang dimaksud adalah keris. Kata Ma Huan dalam laoparan itu These daggers have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shape of human or devil faces and finished carefully. Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan gambaran gads-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat dengan baba berkualitas prima. Pegangannya, atau hulunya, terbuat dan emas, cula badak, atau gading. Tak pelak lagi, tentunya yang dimaksudkan Ma Huan dalam laporannya adalah keris yang kita kenal sekarang ini. Pusaka Keris Singo Pandawa Luk 5 Asli Sepuh Mataram 8 Gambar timbul mengenai cara pembuatan dapat disaksikan di Candi Sukuh, di lereng Gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada candra sengkala memet di candi itu terbaca angka tahun 1316 Saka atau 1439 Masehi. Cara pembuatan keris yang digambarkan di candi itu tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan keris pada zaman sekarang, baik peralatan kerja, palu dan ububan, maupun hasil karyanya berupa keris, tombak, kudi, dan lain sebagainya. dunia keris
Kerissetan kober piyandel sosok legenda Arya Penangsang merupakan sebuah pusaka yang hingga saat ini masih banyak menjadi perbincangan. Keris setan kober me
Siapa Arya Penangsang? Pasti kalian udah familiar banget dengan tradisi pernikahan adat Jawa yang menggunakan rangkaian atau 'ronce' bunga melati. Roncean bunga melati biasanya digunakan baik itu oleh pengantin pria maupun pengan perempuan. Pada pengantin perempuan, roncean bunga melati biasanya digunakan pada bagian sanggul hingga menjulur ke bagian dada. Namun ada juga yang menjulur sampai ke bagian pinggah. Sedang untuk pengantin pria terdapat pada dua bagian. Bagian pertama adalah ronce bunga melati sebagai kalung, lalu bagian kedua adalah ronce bunga melati yang diletakkan pada keris yang disematkan pada 'kain jarik' pengantin pria. Usut punya usut, roncean bunga melati punya filosofi yang dalam. Konon, penggunaan ronce bunga melati pada pengantin pria adalah simbol dari 'uraian usus' milik Arya Penangsang, yang merupakan musuh raja pertama Kerajaan Mataram. Arya Penangsang diperkirakan hidup pada abad-17. Arya Penangsang atau juga disebut sebagai JI Pang Kang terluka parah saat bertarung dengan Sutawijaya yang berasal dari Kerajaan Pajang. Perutnya tertusuk tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Akibatnya, usus Arya Penangsang terurai keluar. Saking saktinya, Arya Penangsang tak meregang nyawa. Bahkan dia malah melingkarkan ususnya di warangka atau sarung keris yang berada dipinggungnya. Disebutkan bahwa Arya Penangsang mampu mengalahkan Sutawijaya. Namun nahas, Arya Penangsang malah tewas saat dia tak sengaja menebas ususnya sendiri. Saat akan memasukkan kerisnya kembali ke warangka. 2 dari 2 halaman Ronce Melati Usus-Ususan Ronce melati disebut sebagai penghargaan bagi tindakan Arya Penangsang. Menurut info dari laman Mojok, kisah Arya Penangsang termuat dalam Babad Tanah Jawi yang merupakan naskah sejarah para Raja-Raja Jawa. Hingga kini, rangkaian melati yang digunakan pengantin pria lazim disebut sebagai 'Roncean Usus-Usus' Alasan kenapa bunga melati dipilih menjadi simbol usus Arya Penangsang adalah filosofi di baliknya. Bunga melati disebut sebagai lambang kesucian dan budi luhur. Aromanya yang harus semerbak, bunganya yang selalu tumbuh sepanjang tahun membuat bunga melati dianggap spesial. Salah satu spesies bunga melati bahkan juga dinobatkan sebagai salah satu bunga bangsa. Nah itu dia ternyata makna ronce melati yang digunakan oleh para pengantin Jawa. Gimana nih menurutmu? Baca Juga Semarak Tradisi Perayaan Idul Kurban di Turki, Ramai-Ramai Mudik Hingga Percantik Hewan Kurban Unik, Negara Ini Punya Tradisi Memandikan dan Menghias Hewan Kurban Sebelum Disembelih 5 Fakta Unik Tradisi Barapen Papua, Ritual Masak Besar Pakai Batu yang Dibakar! Kesulitan Terima Tamu Saat Pandemi, Para Geisha Jepang Sampai Harus Buka Layanan Online Tato Wajah, Standar Kecantikan Perempuan Suku Chin Myanmar yang Mulai Punah Sore Ini Matahari Berada Tepat di Atas Kabah, Kesempatan Umat Islam Untuk Luruskan Arah Kiblat
Artinya Keris dengan Pamor Melati Rinonce diharapkan, pemiliknya mampu menghiasi dirinya, badannya dengan hal - hal baik dan wewangi, artinya bermanfaat. Jika anda sering gagal berusaha dan ingin berhasil dalam membuka usaha, selain usaha lahir, ada baiknya anda memiliki Keris dengan Pamor Melati Rinonce. Keris Pamor Melati Rinonce Lambang Kerja Keras Pantang MenyerahSiapa yang tak mengenal ronce melati? Bunga yang satu ini sudah sangat akrab dengan berbagai perayaan, terutama pernikahan. Namun, tahukah Anda mengapa ronce melati menjadi begitu istimewa? Dalam artikel ini, mahligai Indonesia akan membahas makna dan sejarah ronce melati untuk pernikahan, serta bagaimana bunga ini digunakan dalam dekorasi pernikahan. Yuk, simak ulasannya! Asal-usul Ronce MelatiMakna Ronce MelatiKesucianKesetiaanCinta AbadiSejarah Ronce Melati dalam PernikahanPernikahan Eropa dan Ronce MelatiRonce Melati dalam Pernikahan Adat JawaRonce Melati sebagai SeserahanRonce Melati dalam SiramanRonce Melati sebagai Hiasan KepalaCara Membuat Ronce MelatiLangkah-langkah PembuatanRonce Melati dalam Dekorasi PernikahanKesimpulan Asal-usul Ronce Melati Ronce melati adalah rangkaian bunga melati yang biasa digunakan dalam berbagai acara, termasuk pernikahan. Melati sendiri merupakan bunga yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bunga ini dikenal karena aromanya yang harum dan bentuknya yang cantik. Ada beberapa makna yang terkandung dalam ronce melati, antara lain Kesucian Bunga melati memiliki warna putih yang melambangkan kesucian dan kepolosan. Dalam konteks pernikahan, kesucian ini dihubungkan dengan kehormatan pengantin, terutama pengantin wanita. Kesetiaan Ronce melati juga melambangkan kesetiaan. Dalam pernikahan, hal ini berarti bahwa pasangan pengantin berjanji untuk setia satu sama lain sepanjang hidup mereka. Cinta Abadi Makna lain yang terkandung dalam ronce melati adalah cinta abadi. Bunga ini dianggap sebagai simbol cinta yang terus dan tak akan pudar seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, ronce melati digunakan dalam pernikahan untuk mengharapkan cinta yang abadi antara pengantin. Sejarah Ronce Melati dalam Pernikahan Dalam pernikahan tradisional Indonesia, ronce melati sudah digunakan sejak dulu sebagai simbol yang menggambarkan cinta, kesetiaan, dan kesucian. Ronce melati seringkali digunakan sebagai hiasan kepala pengantin wanita atau dihiasi pada pakaian pengantin. Dalam beberapa adat, ronce melati juga digunakan sebagai mahar yang diberikan oleh pengantin pria kepada pengantin wanita. Pernikahan Eropa dan Ronce Melati Penggunaan ronce melati dalam pernikahan bukan hanya terbatas pada pernikahan tradisional Indonesia. Di Eropa, ronce melati juga digunakan dalam pernikahan, terutama pada abad ke-19. Bunga melati menjadi populer karena kemiripannya dengan bunga oranye orange blossom, yang merupakan simbol kesuburan dan kebahagiaan dalam pernikahan Eropa. Ronce Melati dalam Pernikahan Adat Jawa Pernikahan adat Jawa memiliki banyak simbol dan filosofi yang kaya akan makna, salah satunya adalah penggunaan ronce melati. Berikut ini beberapa penerapan ronce melati dalam pernikahan adat Jawa Ronce Melati sebagai Seserahan Dalam pernikahan adat Jawa, ronce melati kerap digunakan sebagai salah satu komponen seserahan. Seserahan merupakan hadiah yang diberikan oleh pihak pengantin pria kepada pengantin wanita sebagai tanda hormat dan penghargaan. Ronce melati yang disertakan dalam seserahan melambangkan cinta yang suci, kesetiaan, dan keabadian. Ronce Melati dalam Siraman Upacara siraman merupakan salah satu rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa yang dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Dalam upacara ini, pengantin wanita dan pria akan disirami dengan air yang diberkahi oleh orang tua dan kerabat. Ronce melati digunakan sebagai salah satu elemen dalam prosesi ini, di mana bunga melati akan ditaburkan ke atas air yang digunakan untuk siraman, melambangkan kesucian dan keberkahan. Ronce Melati sebagai Hiasan Kepala Dalam pernikahan adat Jawa, ronce melati sering digunakan sebagai hiasan kepala pengantin wanita. Penggunaan ronce melati ini melambangkan kesucian, kehormatan, dan kecantikan pengantin wanita. Selain itu, ronce melati juga melambangkan cinta dan kesetiaan yang akan dijaga oleh pengantin wanita dalam pernikahan. Cara Membuat Ronce Melati Untuk membuat ronce melati, Anda memerlukan beberapa bahan berikut ini Bunga melati segar Benang atau tali tipis Jarum jika menggunakan benang Gunting Langkah-langkah Pembuatan Siapkan bunga melati segar yang sudah dipetik dari pohonnya. Buat rangkaian bunga melati dengan mengikatkan bunga satu sama lain menggunakan benang atau tali tipis. Anda bisa menggunakan jarum untuk memudahkan proses ini. Pastikan rangkaian bunga melati terbuat rapi dan simetris. Anda bisa membuat bentuk ronce melati sesuai dengan keinginan, seperti bulat, oval, atau lonjong. Potong benang atau tali yang berlebih dengan gunting. Ronce Melati dalam Dekorasi Pernikahan Ronce melati bisa digunakan sebagai dekorasi meja tamu atau meja makan dalam pernikahan. Anda bisa meletakkan ronce melati di tengah meja atau menggantungkannya pada meja. Selain meja, ronce melati juga bisa digunakan untuk menghiasi aula pernikahan. Anda bisa menggantung ronce melati di langit-langit aula atau menempelkannya pada dinding. Pelaminan adalah bagian penting dalam pernikahan, dan ronce melati bisa menambah keindahan pelaminan tersebut. Anda bisa menghiasi pelaminan dengan ronce melati yang digantung atau diletakkan di lantai. Kesimpulan Ronce Melati untuk Pernikahan adalah simbol yang kaya akan makna dan sejarah, terutama dalam konteks pernikahan. Makna kesucian, kesetiaan, dan cinta abadi yang terkandung dalam ronce melati menjadikannya pilihan yang sempurna untuk digunakan dalam pernikahan. Selain itu, ronce melati juga bisa digunakan dalam berbagai dekorasi pernikahan, seperti meja, aula, dan pelaminan. Dengan demikian, ronce melati tidak hanya menambah keindahan pernikahan tetapi juga melambangkan harapan-harapan positif bagi pasangan pengantin.
rupa Pada setiap sebilah keris mempunyai bentuk rupa yang menyatakan asal usul dari wlayah Melayu mana ia diperbuat. Setiap bentuk rupa keris itu membawa martabat tertentu dan fungsinya tersendiri. Maka setiap sebilah keris adalah tetap sebilah keris walaupun peranannya berbeza-beza. Ada keris Istiadat, ada keris Kuasa, ada keris Hukum, ada
Mungkin juragan pernah melihat keris berkalung bunga melati ronce yang digunakan oleh pengantin pria Jawa. Bagaimana sejarahnya keris tersebut?Menurut babad tanah jawa, tradisi keris pengantin jawa tersebut berawal dari keris milik Raden Harya Penangsang aryo penangsang, adipati Jipang Panolan pada masa kerajaan Demak Bintaro di Jawa Tengah sekitar abad ke16. Dikisahkan, raden Haryo Penangsang adalah seorang penguasa sekaligus pendekar sakti mandraguna tanpa tanding di tanah jawa. Namun sang pendekar pilih tanding ini terjebak oleh sifatnya yang keras dan pemarah brangasan, sehingga dia bisa dikalahkan oleh seorang pendekar muda bernama Raden Sutawijaya, putra angkat Hadiwijaya alias Jaka Tingkir joko tingkir, raja Demak. Suatu ketika terjadi pertempuran diatas kuda antara kedua pendekar sakti tersebut di daerah Bengawan Sore, Jawa Tengah. Aryo Penangsang menunggang kuda jantan yang bernama Gagak Rimang dan bersenjatakan keris sakti bernama Kyai Setan Kober, sedangkan Raden Sutawijaya menunggang kuda betina dengan bersenjatakan tombak sakti Kyai Pleret. Dalam pertarungan satu lawan satu tersebut Aryo Penangsang terkena tombak kyai pleret milik Sutawijaya, dan akhirnya ususnya terburai keluar. Namun Arya penangsang dengan sigap mengalungkan buraian ususnya di keris yang terselip dipinggangnya dan melanjutkan pertempuran dengan tangan kosong hingga akhirnya Sutawijaya terdesak dan berhasil ditaklukkan. Sesuai tradisi pendekar berwatak jantan di tanah jawa, Aryo Penangsang tidak mau menghabisi musuhnya dengan sembarang senjata, tapi harus menggunakan sesama senjata pusaka. Namun sayang, disaat Aryo Penangsang hendak mencabut keris pusaka untuk menghabisi Sutawijaya, ususnya yang terlilit di sarung keris terpotong oleh kerisnya sendiri hingga putus. Dan akhirnya Aryo Penangsang gugur di medan laga. Semua bala tentara Aryo Penangsang maupun bala tentara Sutawijaya yang menyaksikan duel maut tersebut memberikan hormat atas kegagahan dan kejantanan Raden Aryo Penangsang. Bahkan pendekar Sutawijaya beserta para punggawa juga memberikan hormat atas keteladanan Aryo Penangsang. Disaat nafas terakhir, Aryo Penangsang berwasiat kepada putranya yang ikut mendampinginya di medan laga. Pesannya, jika kelak putranya menjadi pengantin nanti agar mengalungkan bunga melati pada keris dan diselipkan di pinggangnya untuk mengenang ayahanda tercinta, serta untuk mewarisi kegagahan dan kejantanan ayahnya yang gagah berani. Bunga melati tersebut diibaratkan sebagai usus Arya Penangsang yang diselipkan di sarung keris saat bertempur di medan laga. Keris Pengantin Pria Jawa, Foto Sejak saat itu dalam busana pengantin pria jawa pasti menggunakan keris berkalung bunga melati ronce yang diselipkan dipinggangnya. Tradisi ini tetap digunakan hingga sekarang. Sekian dulu coretan dari juragan cipir tentang asal-usul keris berkalung bunga melati yang dikenakan oleh pengantin pria jawa, semoga bermanfaat bagi tuan dan nyonya juragan. Terima kasih. Berikutnya>> Kepercayaan Jawa Tentang Adanya Mbah Danyang Saya hanyalah seorang blogger biasa yang ingin berbagi pengalaman kepada pembaca melalui blog ini. Ilmu yang bermanfaat harus disampaikan kepada orang lain sebelum kita kembali padaNya. Indri Lidiawati
Ok9zlI.